Mencintai Rakyat A la Keluarga Pemimpin



“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu,” (QS. An-Nisa: 36).

*****

Ibarat pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Makna dari pepatah itu, tampaknya, sesuai benar dengan alur hidup keluarga besar H. Ismet Iskandar, Bupati Tangerang saat ini. Kiprah pria berkaca mata yang murah senyum ini begitu dikagumi masyarakat Kabupaten Tangerang. Tak hanya kiprah sang Bupati, namun apa yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya pun mendapat simpati positif dari masyarakat.

Dalam pandangan sebagian besar masyarakat di kabupaten pinggiran Jakarta tersebut, keluarga sang Bupati tak cuma dikenal baik, tapi juga sangat dekat dengan meraka. Keluarga besar H. Ismet Iskandar tak akan segan berkumpul dengan pelbagai kalangan, baik pejabat hingga warga yang tinggal di kolong jembatan.

Tak berbeda dengan sang suami, Hj. Chandra Elia dikenal pula sebagai sosok perempuan yang gigih memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Kesehariannya hampir dipadati jadual bertatap muka dengan masyarakat, hingga yang berada di daerah pelosok. “Ini adalah tekad dan amanah bagi kami. Sebagai orang yang dipercaya rakyat, maka kami pun harus memperhatikan kesejahteraan mereka,” katanya dengan nada serius.

Menjadi Ketua Umum Tim Penggerak PKK Kabupaten Tangerang menjadi salah satu alasan mengapa dirinya rela bersimbah keringat untuk menemui dan memberikan bantuan kepada warga. Alasan lainnya, menurut perempuan cantik berjilbab ini, karena dirinya adalah hamba Allah yang ingin selalu bermanfaat bagi sesamanya.

Sebagai putri asli Tangerang yang terlahir pada 23 Agustus 1949, Hj. Chandra Elia benar-benar mengeluarkan totalitasnya dalam membina dan mengembangkan sumber daya manusia di salah satu kabupaten di Propinsi Banten ini. Lebih dari separuh umurnya pun dihabiskan untuk memikirkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

Tengok saja perjalanan karirnya yang pernah memangku sejumlah jabatan dan bersentuhan langsung dengan rakyat. Peraih pengelola 10 program pokok PKK se-Jawa Barat di tahun 1985 ini tercatat pernah menjadi anggota DPRD sejak 1992 hingga 2004. Tak heran jika penerima Manggala Karya Kencana dari BKKBN Pusat ini pun kini begitu aktif menyokong kiprah sang suami sebagai Bupati.

“Ibu (Hj. Chandra Elia) ini, mungkin termasuk segelintir keluarga pejabat yang sibuk memikirkan rakyat. Setiap hari, ada saja kesibukannya di sejumlah daerah untuk terjun langsung memberikan pengarahan dan bantuan kepada masyarakat,” papar Ibu Duroh, salah seorang pengurus PKK, mengisahkan. Karena aktifitas Hj. Chandra Elia yang begitu padat tersebut, Ibu Duroh dan para pengurus lainnya pun harus rela mengimbangi ritme sang ketua.

Aktifitas yang dilakukan keluarga besar ini tak melulu didasarkan pada jabatan politis yang tengah diemban H. Ismet Iskandar. Lebih dari itu, aksi sosial yang kerap dilakukan keluarga ini, jauh dari kesan politis. Bahkan, banyak kalangan masyarakat yang tak sadar saat mereka tengah dikunjungi salah seorang putra-putri sang bupati.

Menjadi Keluarga Inklusif

Penanaman nilai-nilai kemanusiaan memang menjadi standar pendidikan dalam keluarga besar H. Ismet Iskandar, di samping ketatnya pendidikan agama. Sejak kecil, Achmed Zaki Iskandar, Nunis Akmalia, Intan Nurul Hikmah, dan Achmed Zulfikar telah ditanamkan budaya disiplin untuk mempelajari ragam ilmu pengetahuan dan agama berikut aplikasinya.

Beragam ilmu pengetahuan yang didapat tak hanya melalui bangku sekolah, namun juga melalui guru-guru privat yang didatangkan ke rumah. Tak heran jika kempatnya terbiasa melafalkan bahasa inggris dalam keseharian dan menjadi siswa unggulan di masing-masing sekolahnya.

“Penanaman nilai-nilai keislaman tak hanya kami wujudkan dengan memberikan model pendidikan agama. Yang penting adalah bagaimana mereka mengaplikasikannya di masyarakat,” tutur Hj. Chandra Elia.

Ya, aplikasi kemampuan diri di masyarakat, tampaknya memang menjadi obsesi dan keharusan bagi keluarga ini. Sejak H. Ismet Iskandar menikahi Hj. Chandra Elia pada 4 Maret 1973 silam, obsesi tersebut dipancangkan kuat hingga diikuti putra dan putrinya kini. Keempat anaknya, saat ini, berkecimpung di sejumlah organisasi kemasyarakatan, di samping berwirausaha. “Mereka tak satupun yang tertarik menjadi pejabat, seperti ayahnya,” kata Hj. Chandra Elia dengan tersenyum.

Menjadi seorang abdi negara yang diemban H. Ismet Iskandar dan Hj. Chandra Elia menuai kisah tersendiri dalam perjalanan bahtera rumah tangga. Keduanya menanamkan kesederhanaan kepada anak-anaknya. Apalagi ketika Zaki dan Intan harus belajar ke negeri kanguru, Asutralia. Kondisi keuangan keluarga pegawai negeri sipil yang ‘pas-pasan’ menjadi alasan bagi keduanya untuk mengatur keuangan sepintar mungkin.

Kesederhanaan yang terdidik sejak dini, berimbas pada lingkungan pergaulan. Seperti kedua orang tuanya, keempatnya tak sedikit pun risih ketika harus masuk pada lingkungan yang berbeda, baik kalangan di lingkungan para pejabat, politisi, pengusaha, maupun rakyat jelata. “Bagi kami, keterbukaan bergaul dengan siapa pun menjadi salah satu kunci, agar kita tetap dekat dan selalu mencintai sesama,” tutur Hj. Chandra Elia berbagi resep. []

Inbox

Kaya Ide dan Murah Hati

Mengenal lebih dekat sosok Hj. Chandra Elia, kita tak lagi perlu sungkan dalam berbagi kata. Kebiasaannya bergaul dengan masyarakat luas, membuat suasana perbincangan menjadi lebih hangat, karena kita pun sesekali akan diajaknya tertawa.

Menjadi seorang pemimpin, membuatnya selalu kaya akan ide. Perkataannya yang selalu runut dan dibalut tata kalimat yang apik mencerminkan luasnya pengetahuan yang dimilikinya. Ada saja gagasan yang mencuat untuk dijadikan sebuah program. “Hal seperti ini bagi kami adalah biasa. Kami yang mendampingi beliau setiap hari selalu kagum akan ide-idenya yang brilian tentang kesejahteraan rakyat,” tutur Ibu Yoyoh, sekretaris TP PKK Kabupaten Tangerang turut menjelaskan.

Pemikiran Hj. Chandra Elia ini, menurut Yoyoh, mencerminkan totalitasnya dalam menjalankan amanah sekaligus mencerminkan kemurahan hatinya. “Selama saya bekerja di TP PKK mendampingi ketua-ketua sebelumnya, tak pernah ada yang seaktif beliau ini,” tambah Yoyoh tanpa bermaksud menyombongkan sang ketua.




(Disadur dari Majalah Taubah Edisi Juli 2006, Imam Fathurrohman)

Tidak ada komentar: