Mang Endut Kepingin Langsing

Tak seperti biasanya, angin pagi di kawasan Bogor kali ini tidak begitu menggigit, menusuk lebih dalam ke rongga-rongga tulang. Selimut tebal yang semalam dipakai pun mulai disingkirkan karena rasa gerah sudah sangat terasa. Padahal, semalam hujan tampak begitu lebat dengan petirnya yang sesekali menghentakkan telinga. Sudah sejak senja masyarakat di komplek itu tak beranjak ke luar rumah karena lebih memilih mendekam di bilik kehangatan sambil berselimut dan memicingkan mata.

Di awal hari sebelum matahari terbangun dari tidurnya, sejumlah pedagang sudah berteriak menjajakan dagangannya. Bahkan, warung sayur Pak Dhe sudah dikerubuti ibu-ibu yang tidak mau kehabisan bahan-bahan masakannya. Teriakan khas ibu-ibu pun segera mengambil alih suasana pagi yang hening itu menjadi sangat bising.

Jarum jam tepat mengarah pada angka 5 ketika Mang Endut dan Nyi Larung membuka pintu rumah. Nyi Larung yang selesai berbelanja di warung sayur Pak Dhe dengan setengah memaksa mengajak suaminya, Mang Endut, berolahraga. Kebiasaan Mang Endut memang tidak pernah berubah. Selesai melaksanakan salat Subuh dia pun tidur kembali. Apalagi jika keesokan harinya Mang Endut libur atau setelah semalaman begadang nonton wayang di televisi, kasur empuk pun menjadi sasaran kegiatan berikutnya. Badan besarnya segera melingkar atau tepatnya membentu posisi jajaran genjang memenuhi ranjang.

“Wah, segerrr sekali, ya Pak?” tanya Nyi Larung, setelah pintu kembali tertutup.

“Iya, Nyi. Ooaah..” jawab Mang Endut singkat sambil tangannya menutup mulut karena menguap.

“Si bapak mah, masih saja menguap. Ayo bangun! Kita lari!” teriak Nyi Larung memberi semangat. Bahkan tak hanya teriakan, sejurus kemudian cubitan keraspun dialamatkan ke pinggang suaminya.

“Iya, Nyi. Aduuh,” Mang Endut bergelinjang menahan sakit dan tentunya juga menahan marah.

***

Kebersamaan Mang Endut dan Nyi Larung saat berolahraga, tepatnya jalan kaki, hanya sementara saja. Ketika bertemu ibu-ibu lainnya, Nyi Larung lebih memilih teman-teman ngerumpinya itu dibanding suaminya. Ditinggal sang istri malahan membuat Mang Endut senang, dia bisa dengan leluasa melirik kanan-kiri menonton gratis ‘daun-daun muda’ yang hilir mudik berolahraga.

“Nah gitu dong, Mang Endut. Kalau sering-sering begini kan lama-lama bisa langsing,” tepukan Aki Eyot yang datang dari arah belakang membuat Mang Endut kaget, sekaligus menghilangkan kesempatan melihat lebih ‘seksama’ gadis muda bohay berkaus merah yang baru saja melintas di depan matanya.

“Eh, Aki Eyot. Iya nih mumpung lagi semangat,” ujar Mang Endut sambil tersipu, khawatir kegiatan ‘lirik-lirik’ nya ketahuan.

“Olahraga yang paling baik itu, konon, adalah jalan kaki. Kalau Mang Endut sudah berjalan sejauh ini dari rumah, dalam tiga minggu ke depan, tuh perut pasti jadi langsing,” goda Aki Eyot.

“Ah, bisa saja. Aki masih kuat jalan sejauh ini?” tanya Mang Endut.

“Masih. Aki hampir tiap pagi jalan kaki. Maklum, daripada bosan tidak ada kerjaan mendingan Aki jalan-jalan supaya tetap bugar,” terang Aki Eyot.

Mendengar pekataan Aki, Mang Endut hanya mengangguk. Di dalam hatinya, Mang Endut menyimpan pertanyaan usil: “Ah, paling juga semangat karena banyak gadis-gadis muda. Iya kan, Ki?”

“Olahraga itu membuat kita sehat kalau niat kita juga lurus untuk berolahraga, bukan karena ingin melihat gadis-gadis muda seperti mereka,” sambung Aki seolah kereteg hate Mang Endut mampu ditangkapnya.

Mang Endut terkesiap mendengar kata-kata Aki. Untuk menetralisir kekagetannya, Mang Endut mengayun-ayunkan tangannya seperti gerakan pemanasan ala Vicky Burki yang pernah ditontonnya di televisi.

“Kita istirahat dulu Mang Endut. Di bawah pohon kelapa itu kayaknya asyik juga kita mengobrol sambil melihat talaga di pagi hari,” ajak Aki Eyot.

Keduanya berjalan ke arah pohon kelapa yang ditunjuk Aki Eyot. Setelah memesan bubur ayam yang mangkal tidak jauh dari tempat itu, keduanya kemudian terlibat perbincangan yang agak serius.

“Beberapa hari ini saya sering malas mengerjakan sesuatu, Ki. Menurut Aki, apakah hal itu bisa juga diakibatkan karena badan saya yang kelewat gemuk?” tanya Mang Endut.

“Bisa jadi. Kemalasan itu kan datangnya dari setan. Sementara setan beraktifitas melalui aliran darah yang akan terus mengalir kencang jika kita selalu mengkonsumsi sesuatu. Kalau saja kita mau menahan diri untuk tidak makan, maka aliran darah itu akan berhenti. Artinya, setan pun tidak akan mampu beraktifitas. Itulah hikmahnya berpuasa, mampu mengendalikan hawa nafsu yang notabene berasal dari setan,” jawab Aki Eyot panjang lebar. Aki Eyot yang pensiunan guru agama ini memang dikenal warga sebagai sosok ustadz yang ramah, sederhana, dan mampu memberikan jawaban secara ciamik.

“Sebenarnya, aktifitas setan tidak saja terjadi pada aliran darah orang-orang gendut seperti Mang Endut. Aktifitas setan terjadi pada orang-orang yang kenyang. Makanya, Rasulullah SAW berpesan agar kita selalu berhenti makan sebelum kenyang,” sambung Aki Eyot.

“Dalam kaidah ‘menaklukan jiwa’ yang dibahas Imam Al-Ghazali, kita dianjurkan menahan lapar. Dengan menahan lapar, setidaknya ada sepuluh manfaat di dalamnya. Mang Endut mau tahu kesepuluh manfaat itu?” tanya Aki Eyot.

“Mau, Ki. Kebetulan saya tidak mendengarkan kuliah Subuh pagi tadi di tivi,” jawab Mang Endut.

“Yang pertama, menahan lapar dapat menyucikan hati, menerangi hati (qarihah), dan menajamkan kecerdasan (bashirah). Sebaliknya, kekenyangan hanya akan mewariskan kebodohan, membutakan hati, dan memperbanyak uap air di dalam otak sehingga mampu menutup sumber-sumber pemikiran, sehingga hati kesulitan menjalankan fungsi dalam berpikir dan memahami segala sesuatu dengan cepat. Begitu juga bagi seorang anak yang kelewat banyak makan, dia akan menghadapi risiko lemah daya ingat dan rusaknya kecerdasan sehingga dia menjadi idiot dan lamban dalam berpikir,” papar Aki Eyot sambil menghela nafasnya.

“Kedua, menahan lapar mampu melunakkan dan menjernihkan hati sehingga siap merasakan kebahagiaan bermunajat kepada Allah dan mendapat faedah dari mengingat-Nya. Lidah kita sering berdzikir dnegan hati yang khidmat, tetapi kita tidak merasakan kebahagiaan atau kesan yang mendalam. Antara kita yang berdzikir dan rasa bahagia seolah terdapat dinding yang sangat tebal karena diciptakan oleh kekerasan hati. Di lain waktu, hati kita kadang mampu menangkap rasa bahagia dengan bermunajat kepada Allah. Umumnya, perut kosong itulah yang menjadi faktor tertangkapnya rasa bahagia. Abu Sulaiman Ad-Darani sampai berkata: ‘Ibadah yang paling manis bagiku adalah ketika perutku menempel di punggungku’. Sementara ulama sufi lainnya Abu Sualiman mengatakan: ‘ketika hati lapar dan haus ia menjadi jernih dan lunak, tetapi ketika kenyang ia menjadi buta dan keras’. Dengan rasa lapar, para ulama sufi mampu merasakan nikmatnya berdekatan (munajat) dengan Allah, mudah berkontemplasi dan mencapai makrifat.”

“Manfaat yang ketiga adalah tumbuhnya rasa malu, sikap rendah hati, dan hilangnya rasa cinta terhadap kemegahan, kegembiraan, dan pola hidup bersenang-senang yang merupakan sumber sikap melampaui batas dan lalai terhadap Allah SWT. Ketahuilah, Mang Endut, sesungguhnya nafsu tidak mungkin dapat ditaklukkan dan dikendalikan kecuali oleh rasa lapar. Dengan rasa lapar, jiwa kita akan merasa tenteram dan khidmat kepada Allah. Nafsu makan dan nafsu seks merupakan pintu menuju api neraka dan sumbernya adalah rasa kenyang. Sebaliknya, sikap rendah hati dan tunduknya hawa nafsu merupakan pintu menuju surga, dan modal dasarnya adalah rasa lapar.karena itu, Mang Endut. Barangsiapa yang menutup salah satu pintu neraka, maka sebenarnya ia telah membuka salah satu pintu surga, karena keduanya saling bertentangan, seperti timur dan barat, seperti siang dan malam..,”

“Oh, itulah sebabnya para koruptor banyak yang beraksi karena alasan ekonomi: perut dan di bawah perut, ya Ki?” sambar Mang Endut.

“Betul, Mang. Jiwa para koruptor, bahkan, sudah sangat dikuasai oleh setan karena mereka juga sudah tidak memedulikan keberadaan orang lain, keberadaan orang-orang miskin, atau keberadaan rambu-rambu hukum yang berlaku. Sifat setan yang lainnya adalah tidak taat hukum. Bukankah rajanya setan, Iblis la’natullah ‘alaihi, pun terlempar karena ketidakpatuhannya kepada perintah Allah?”

“Kembali ke laptop, Ki. Yang keempat apa?”

“Yang keempat, dengan rasa lapar kita tidak menjadi lupa terhadap cobaan maupun azab Allah, dan tidak menelantarkan orang-orang yang tertimpa musibah. Orang-orang yang terbiasa kenyang, perasaannya kurang peka terhadap orang-orang yang lapar karena dirinya terbiasa melupakan rasa lapar itu sendiri. Seorang yang cerdas tidak pernah tahan menyaksikan penderitaan orang lain karena ia akan sesegara mungkin teringat betapa menderitanya mendapat adzab di akhirat nanti. Melalui rasa hausnya, dia akan merasakan rasa haus yang dirasakan oleh umat manusia di Padang Mahsyar pada hari Kiamat, dan melalui rasa lapar dia akan mengingat rasa lapar yang diderita para penghuni neraka. Saking dahsyatnya, para penghuni neraka rela makan buah berduri, buah pohon zaqqum atau meminum ghassaq dan timah yang meleleh, na’udzubillah min dzalik. Kita dianjurkan untuk selalu mengingat adzab di akhirat, karena hal itu dapat membangkitkan rasa takut. Celakalah kita jika tidak pernah mengecap rasa rendah hati, sakit, miskin, dan musibah, karena hal itu hanya akan membuat kita lupa akan akhirat. Inilah salah satu faktor mengapa para nabi dan waliyullah selalu dihadapkan pada cobaan, sehingga yang paling baik di antara mereka adalah yang paling berat cobaannya. Begitulah seperti yang sabda Nabi SAW yang diriwayatkan At-Tirmidzi: ‘Kami, para Nabi adalah orang-orang yang diuji paling berat dan yang paling baik di antara kami adalah yang paling berat ujiannya.’ Maka, ketika Nabiyullah Yusuf AS ditanya, ‘Mengapa engkau menahan lapar, padahal engkau menguasai seluruh gudang pangan di negeri ini? Yusuf menjawab, ‘Aku takut kenyang sehingga lupa terhadap orang-orang yang lapar’. Mengingat orang-orang yang lapar dan miskin merupakan salah satu manfaat rasa lapar. Rasa lapar menggugah sifat kasih sayang, keinginan memberi makan, dan rasa empati terhadap makhluk-makhluk Allah.”

“Manfaat kelima adalah menaklukan segala nafsu berbuat maksiat dan mengalahkan jiwa yang selalu memerintahkan pada kejahatan (al-nafs al-ammarah bi al-su). Seperti yang Mang Endut ketahui juga bahwa pangkal perbuatan maksiat itu kan adalah nafsu dan tenaga yang keduanya bersumber dari makanan. Oleh karena itu, menyedikitkan makanan berarti melemahkan segala nafsu dan kekuatan. Dan hal paling kecil yang ditaklukan rasa lapar adalah nafsu seks dan keinginan untuk berbicara secara berlebihan, sehingga orang itu akan terbebas dari penyakit-penyakit lidah seperti menggunjing, berkata-kata keji, berbohong, mengadu dumba, dan lain sebagainya. Sebaliknya, orang yang kenyang, biasanya, ia membutuhkan hiburan yang dapat diperolehnya dengan cara mencela orang lain. Padahal, seseorang akan dengan mudah dijebloskan ke dalam neraka karena ulah lidahnya.”

“Eiit, nanti dulu, Ki. Meski saya gendut dan doyan makan, tapi saya paling ogah kalau harus ngerumpi kayak ibu-ibu. Selain memang dosa, kayaknya ngerumpi itu pekerjaan ibu-ibu banget, gitu. Cuma, kalau masalah ngeliat cewek muda, saya memang paling hobi, Ki. He, he..heh.”

“Ah, itu dia. Tapi, kayaknya penyakit Mang Endut yang senang ngeliat cewek muda, itu mah sudah dari sono’nya. Bawaan orok kali ya? He..he...”

Derai tawa seketika merebak menengahi obrolan keduanya. Mang Endut yang jadi bahan tertawaan terkekeh, meski wajahnya terlihat memerah.

“Ma’af ya Mang Endut. Ini mah intermezzo saja.”

“Enggak apa-apa, Ki. Kayaknya sih saya memang begitu dari baheula, he, he..”

Aki Eyot yang mendengar hal itu hanya tersenyum sambil menghirup semilir angin yang melintas tepat di wajahnya. Sungguh suasana alam yang indah nan sejuk. Kabut yang terlihat jelas mengapung di atas permukaan telaga menambah daya tarik talaga yang dinamai Cilula itu. Pantas saja tempat itu tidak pernah sepi pengunjung yang datang dari berbagai tempat, tak hanya dari kawasan Komplek Talaga Kahuripan saja.

“Kembali ke laptop, Ki. Kalau yang berikutnya apa?”

“Nanti dulu. Sebelum masuk ke manfaat yang berikutnya, Aki ingin memberi tahu sebuah rahasia bagi orang-orang yang ingin terbebas dari perbuatan maksiat terhadap wanita…”

“Apa itu, Ki?”

“Seorang bijak pernah berkata, siapa saja yang mampu bersikap sabar dan tabah dengan hanya makan sekadar mengisi sebagian rongga perutnya, maka insya Allah akan terbebas dari nafsu terhadap kaum wanita.”

“Oh, begitu.”

“Nah, sekarang kita masuk ke bagian selanjtunya. Manfaat rasa lapar keenam adalah mencegah rasa ingin tidur dan membiasakan tidak tidur di malam hari. Mang Endut tentu tahu bahwa orang yang banyak makan, pasti minumnya pun banyak. Nah, karena banyak minum itulah seseorang akan terlena karena banyak tidur.”

“Tapi, kita kan butuh tidur untuk menjaga kebugaran agar fit ketika bekerja keesokan harinya, Ki?”

“Betul, Mang Endut. Namun bagi kalangan salafussalih, menyedikitkan tidur di malam hari sudah menjadi kebutuhan seperti halnya salat malam. Kalangan salafussalih ini selalu menjaga nikmatnya salat malam, sehingga mereka akan dengan senang hati melakukan salat malam itu karena sudah menjadi kebutuhan. Dan bagi kita, terutama Mang Endut yang harus bekerja, waktu di malam hari bisa saja diatur agar kita juga bisa mengerjakan salat malam tanpa harus hilang kebugaran tubuh. Untuk perilaku seperti ini, Nabi Daud As telah memberikan contoh yang paling baik. Beliau tidur di sepertiga malam pertama kemudian bangun di sepertiga kedua, lalu tidur kembali di sisa-sisa malam hingga kemudian bangun kembali saat subuh menjelang. Dengan begitu, kebugaran tubuh akan selalu terjaga, salat malam pun akan menjadi kebiasaan yang memberikan banyak kenikmatan.”

“Yang ketujuh, rasa lapar akan mempermudah ketekunan seseorang dalam menjalankan ibadah. Dengan rasa lapar, seseorang akan senang berlama-lama berdzikir mengingat Allah, beri’tikaf di masjid, dan tidak terburu-buru dalam beribadah. Jika saat beribadah perut dalam keadaan kenyang, maka yang ada dalam otaknya hanya makanan. Betul kan Mang Endut?”

“Eh, betul, Ki.”

“Manfaat yang kedelapan adalah kesehatan tubuh dan mencegah penyakit. Mang Endut tentu juga tahu bahwa factor yang menyebabkan timbulnya penyakit adalah makan terlalu banyak dan berlebihnya komposisi unsure-unsur di dalam pencernaan dan pembuluh darah. Dahulu, Sultan Harun Al-Rasyid pernah mengumpulkan empat dokter yang berasal dari India, Yunani, irak, dan seorang Sawadi (dari kampung Sawad, sebuah daerah pertanian di Irak tengah bagian selatan). Harun bertanya kepada mereka: ‘Tunjukkan kepadaku, obat apa yang tidak mengakibatkan timbulnya penyakit?’ Dokter dari India berkata, ‘obat seperti itu adalah Al-Halilaj Al-Aswad (myrobalan hitam, sebuah tanaman di India yang biasa dipakai untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk lepra)’. Lalu dokter Irak berkata, ‘menurut saya obat itu adalah Habb Al-Rasyad Al-Abyadh (nasturtium cress, digunakan untuk mengobati penyakit lepra, limpa, dan penyakit-penyakit kaum wanita)’. Dokter Yunani berkata, ‘pendapat saya obat itu adalah air panas’. Dokter Sawadi yang merupakan dokter terpandai dari ketiganya berkata, ‘Myrobalan menipiskan pencernaan, dan ini penyakit. Nasturtium membuat perut berlemak, dan ini penyakit. Sementara air panas dapat mengendurkan perut, dan ini juga penyakit. Menurut saya, obat yang tidak ada efek sampingnya adalah tidak makan kecuali jika telah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang’. Begitulah Mang Endut..”

“Aki, saya jadi teringat ceramah seorang ustadz saat khutbah Jumat di kantor saya. Kata dia, seorang filosof sekaligus dokter pernah takjub pada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan: ‘Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napas’. Betul begitu, Ki?”

“Tepat sekali Mang Endut. Berkaitan dengan hal itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda: ‘Perut kenyang adalah sumber penyakit dan rasa demam adalah awal kesembuhan. Hendaklah setiap orang membiasakan setiap anggota tubuh berjalan sesuai dengan fungsinya’. Mang Endut juga tentu sudah tahu betul bahwa ada juga sebuah hadits yang mengatakan: ‘Berpuasalah, niscaya kamu sekalian akan sehat’.”

“Nah, sekarang manfaat yang kesembilan. Dengan rasa lapar biaya hidup pun akan ringan. Orang yang terbiasa makan sedikit hanya membutuhkan uang yang sedikit, sedangkan orang yang terbiasa makan kenyang akan merasakan perutnya terus-menerus menagih untuk diisi. Dari hal ini kita sesungguhnya diajarkan untuk tidak rakus terhadap urusan duniawi. Bukankah jika kita terbiasa kenyang, maka kita akan selalu rakus? Si perut kenyang akan mencari uang dari manapun untuk memenuhi rasa laparnya.”

“Betul juga ya, Ki..”

“Dan yang teakhir, Mang Endut. Rasa lapar akan memupuk kebiasaan mendahulukan kepentingan orang lain, bersedekah kepada anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Mang Endut, apa yang kita sedekahkan pasti tersimpan rapi dalam perbendaharaan karunia Allah. Sementara apa yang kita makan hanya akan menumpun di lubang WC. Betul kan? Itulah pentingnya kita memberi makan orang-orang miskin dari kelebihan harta kita. Dari kesepuluh manfaat yang telah kita bincangkan tadi, sesungguhnya terdapat manfaat lain yang tidak terhitung jumlahnya. Menahan lapar adalah perbendaharaan besar bagi segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat. Maka tidak salah jika seorang salaf berkata, ‘menahan lapar adalah kunci ke akhirat dan pintu menuju zuhud. Sedangkan rasa kenyang kunci dunia dan pintu menuju sifat rakus’. Wallahu A’lam bish Shawab..”

“Wah, tuntas sudah Ki..”

“Tuntas bagaimana maksudnya?”

“Tuntas sudah saya bertekad untuk mengecilkan perut yang bunting ini.”

“Yang penting adalah usaha, Mang Endut. Lakukan saja olahraga ringan tapi teratur. Dan jangan lupa, kurangi makan agar sehat.”

“Oke, Ki. Hatur nuhun pisan. Kita jalan lagi, Ki..”

Hayu, lah..”

Matahari mulai merambat naik ketika Mang Endut dan Aki Eyot beranjak dari tempat duduknya. Semilir angin yang tadinya dingin berubah menghangat meski kesejukan masih terasa. Semakin siang, Telaga Cilula bukannya menjadi sepi, justeru bertambah ramai. Satu per satu orang-orang yang bersantai setelah berolahraga pulang ke rumah, digantikan sekelompok keluarga yang membawa tikar dan bingkisan.

“Nah, ini dia..” celetuk Mang Endut spontan.

Aki Eyot yang memerhatikan tingkah Mang Endut hanya geleng-geleng kepala. Seorang wanita muda bercelana street superketat dengan kaus superminim melintas tepat dari arah belakang.

“Maaf, Ki. Saya duluan. Assalamu’alaikum..”

Baca Selanjutnya......

(5) Poligami atau Zina

Poligami yang dilakukan KH. Abdullah Gymnastiar atau yang biasa disapa Aa Gym memang fenomenal. Bagaimanapun ia adalah sosok idola yang menjadi panutan umat Islam di Indonesia. Ia adalah sosok public figure yang tak hanya dikagumi kalangan umat Islam saja, tapi juga non Muslim.

Juru dakwah yang selalu lemah lembut dalam menyampaikan ceramahnya itu, bahkan diminati juga masyarakat di luar Indonesia. Ia tak jarang menerima undangan ceramah di Malaysia dan negeri Islam lainnya. Khusus bagi jamaah perempuan, Aa Gym dinilai begitu paham menyelami perasaan kaum hawa, sehingga sebagian besar jamaah Aa Gym berasal dari kalangan ini.

Ketika Aa Gym memutuskan untuk menikah lagi, pro dan kontra pun berdatangan. Aa Gym menuai banyak caci maki, baik yang terkirim langsung melalui SMS ke handphone-nya, atau surat pembaca di sejumlah media. Namun, tak jarang pula yang mengirimkan ucapan selamat dan doa atas pernikahan kali kedua tersebut.

Pada waktu yang bersamaan, ketika Aa Gym menuai kontroversi dari banyak pihak, di sisi lain muncul pula perbuatan tak senonoh yang divisualisasikan public figure lainnya. Dua peristiwa yang sungguh-sungguh bertolak belakang!

Untuk kasus kedua ini, masyarakat sempat terhentak kaget, meski hanya sesaat. Mungkin, masyarakat terlanjur mengetahui bahwa di kalangan politisi, tindak asusila menjadi hal yang bukan tabu.

Jika diperhatikan, konsep pergaulan bebas yang mengagungkan perilaku seks bebas, merupakan budaya Barat yang kini telah menyebar ke pelbagai pelosok dunia. Seperti halnya budaya Romawi dan Yunani, kebudayaan Barat pun tak mengenal poligami. Dalam sejarahnya, memang kedua kawasan itu menjadi kiblat bagi peradaban Barat.

Namun anehnya, sistem hukum dan moral mereka malah membolehkan perzinahan, homoseksual, lesbianisme dan gonta ganti pasangan suami isteri. Padahal semua pasti tahu bahwa poligami jauh lebih beradab dari semua itu. Sayangnya, ketika ada orang berpoligami dan mengumumkan kepoligamiannya, semua ikut merasa `jijik`, sementara ketika hampir semua lapisan masyarakat menghidup-hidupkan perzinahan, pelacuran, perselingkuhan, homosek dan lesbianisme, tak ada satu pun yang berkomentar jelek. Di Indonesia sekalipun, masyarakat seolah kompak dan sepakat bahwa perilaku bejat itu adalah `wajar` terjadi sebagai bagian dari dinamika kehidupan modern.

Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa pada hakikatnya apa yang dilakukan oleh Barat pada hari ini dengan segala bentuk pernizahan yang mereka lakukan tidak lain adalah salah satu bentuk poligami juga, meski tidak dalam bentuk formal.

Dan kenyataaannya mereka memang terbiasa melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan siapapun yang mereka inginkan. Di tempat kerja, hubungan seksual di luar nikah menjadi sesuatu yang lazim dilakukan oleh mereka, baik dengan sesama teman kerja, atau antara atasan dan bawahan atau pun klien mereka. Di tempat umum mereka terbiasa melakukan hubungan seksual di luar nikah baik dengan wanita penghibur, pelayan restoran, artis, dan selebritis.

Di sekolah pun mereka menganggap wajar bila terjadi hubungan seksual baik sesama pelajar, antara pelajar dengan guru atau dosen, antar karyawan dan seterusnya. Bahkan di dalam rumaah tangga pun mereka menganggap boleh dilakukan dengan tetangga, pembantu rumah tangga, sesama angota keluarga atau dengan tamu yang menginap.

Perilaku demikian tidaklah mengada-ada karena secara jujur dan polos mereka akui sendiri dan tercermin dalam film-film Hollywood di mana hampir selalu dalam setiap kesempatan mereka melakukan hubungan seksual dengan siapa pun.

Jadi peradaban barat membolehkan poligami dengan siapa saja tanpa batas, bisa dengan puluhan bahkan ratusan orang yang berlainan. Dan sangat besar kemungkinannya mereka pun telah lupa dengan siapa saja pernah melakukannya karena saking banyaknya. Dan semua itu terjadi begitu saja tanpa pertanggung-jawaban, tanpa ikatan, tanpa konsekuensi dan tanpa pengakuan. Apabila terjadi kehamilan, sama sekali tidak ada konsekuensi hukum untuk mewajibkan bertanggung-jawab atas perbuatan itu.

Poligami tidak formal alias seks di luar nikah itu alih-alih dilarang, malah sebaliknya dilindungi dan dihormati sebagai hak asasi. Lucunya, banyak negara yang mengharamkan poligami formal yang mengikat dan menuntut tanggung jawab, sebaliknya seks bebas yang tidak lain merupakan bentuk poligami yang tidak bertanggung jawab malah dibebaskan, dilindungi dan dihormati.

Untuk kasus ini, Syiekh Abdul Halim Mahmud menceritakan sebuah kejadian lucu yang terjadi di sebuah negeri sekuler di benua Afrika. Ada seorang tokoh Islam yang menikah untuk kedua kalinya (berpoligami) secara syah menurut aturan syar`i. Namun berhubung negeri itu melarang poligami secara tegas, maka pernikahan itu dilakukan tanpa melaporkan kepada pemerintah.

Rupanya, inteljen sempat mencium adanya pernikah itu dan setelah melakukan pengintaian intensif, dikepunglah rumah tokoh ini dan diseretlah dia ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Melihat situasi yang timpang seperti ini, maka akal digunakan. Tokoh ini dengan kalem menjawab bahwa wanita yang ada di rumahnya itu bukan isterinya, tapi teman selingkuhannya. Agar tidak ketahuan isteri pertamanya, maka mereka melakukannya diam-diam.

Mendengar pengakuannya, kontan saat itu juga pihak pengadilan atas nama pemerintah meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalah-pahaman itu. Dan memulangkannya dengan baik-baik serta tidak lupa tetap meminta maaf atas insiden itu.

Lalu, bagaimana halnya di Indonesia yang kini tengah diramaikan juga perilaku perselingkuhan para pejabatnya? Sebagai negeri dengan umat Islam terbesar di dunia, hal tersebut merupakan aib yang tak bisa ditolerir. Poligami dan perzinahan menjadi dua kubu yang mendapatkan respon berbeda di kalangan masyarakat. Saat ini, masyarakat Indonesia tengah berkaca pada peristiwa poligami dan perzinahan yang sama-sama dilakukan public figure.

Memerhatikan kedua peristiwa di atas, seolah-olah Allah Swt. membuka mata masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, bahwa ada sejumlah pilihan dalam menghadapi inti kasus yang sama: poligami dan perzinahan merupakan dua cara yang berbeda untuk menyalurkan hasrat seksual. Pertanyaannya adalah, apakah poligami yang menjadi pilihan atau perzinahan?

Meski poligami menjadi jalan keluar bagi penyaluran hasrat seksual, namun sejatinya ia harus dipahami sebagai emergency exit: sebuah pilihan terakhir! Dan yang mesti dipahami pula bahwa berpoligami memiliki persyaratan yang tak mudah untuk dilakukan. Berserah diri kepada Allah Swt. merupakan cara yang tepat ketika seseorang yang melakukan poligami mengharap keadilan.

Umat Islam dapat mengambil hikmah atas fenomena poligami ini, dan menjadikannya ibrah untuk terus mengukur diri dan memacu diri menjadi hamba yang mulia di sisiNya. Wallahu A’lam Bishshawab.


(Sumber: Buku “Tak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami”, Imam Fathurrohman)

Baca Selanjutnya......

(4) Aa Gym Berpoligami?

"Poligami ini jelas hal yang dibolehkan oleh Allah, tapi tidak dianjurkan. Poligami dibolehkan dengan cara-cara tertentu sebagai emergency exit," kata Aa Gym memulai penjelasannya melalui telepon internasional dari Kuala Lumpur Malaysia yang disiarkan langsung oleh puluhan radio di Jakarta, Sabtu pagi, 1 Desember 2006.

Sebelumnya Aa Gym mengakui bahwa selama ini para pendengar maupun umat yang datang ke pondoknya selalu mewanti-wanti soal dua hal yakni Aa Gym jangan berpolitik dan Aa Gym jangan berpoligami.

"Untuk bapak-bapak selalu mengingatkan Aa jangan berpolitik dan untuk ibu-ibu mengingatkan Aa jangan berpoligami," kata Aa Gym.

Atas dua persoalan tersebut, tambah Aa, membuat ia merenung apa yang salah dengan politik dan poligami. Bagi Aa yang salah bukan politiknya namun orangnya. Menurut Aa, apa jadinya politik jika orang-orang yang baik justru menghindar dari politik.

Padahal banyak sekali produk hukum yang mengatur masyarakat justru dihasilkan dan dirumuskan oleh orang-orang politik. Aa Gym mencontoh begiu sulitnya penyusunan RUU Pornografi akibat tarik menarik kepentingan. Padahal pornografi tersebut, jelas-jelas sesuatu yang merusak akhlak.

Sementara mengenai poligami, Aa menilai saat ini banyak sekali masyarakat Indonesia yang memandang poligami sebagai sesuatu yang buruk, yang dicaci maki.

"Tapi bisa dimaklumi siapa sih wanita yang mau dipoligami, bagi laki-laki mungkin ringan bicaranya tapi bagi wanita ini luka yang amat dalam, tapi bagi sebagian kecil wanita yang telah memahami itu bisa," kata Aa Gym.

Aa Gym mengakui bahwa banyak ibu-ibu yang takut sekali dengan poligami karena khawatir akan menimpa dirinya.

"Tidak mau bukan berarti kesalahan, tetapi jangan sampai menyalahkan hukum Allah, itu bukan sesuatu yang dibenarkan, " kata Aa Gym dengan hati-hati.

Untuk itu Aa Gym mengingatkan agar: pertama berhati-hati dalam menilai hukum Allah. Kedua juga berhati-hati dalam menilai orang karena kebutuhan keluarga itu unik. "Karena kita tak bisa menilai keluarga orang lain," kata Aa Gym.

Aa Gym memberikan contoh untuk beberapa agama seperti Kristen maupun Protestan, kenapa ada Pendeta yang tidak menikah. Hal itu karena berdasarkan ketentuan agamanya dan keyakinannya. Begitu pun dengan agama Islam (dibolehkannya poligami).

"Jadi kelihatannya harus ada upaya-upaya bersama antara perasaan dan keyakinan sehingga semuanya proporsional dalam mengomentari," kata Aa.

Dalam penjelasan yang sempat terputus telepon internasional sampai dua kali tersebut, Aa dengan hati-hati menerangkan persoalan poligami ini. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini khususnya dengan banyaknya SMS yang diterimanya yang bernada keras dan marah, dianggapnya sebagai sebuah imunisasi.

"Ini seperti diimunisasi. Oh giti toh kalau dicaci maki, tapi itu semua karena sayang. Semua manusiawi," kata Aa.

Aa mengaku tidak akan bersembunyi dari persoalan ini dan tetap akan bertanggungjawab. Aa juga mengaku atas tindakan poligaminya ini ia mendapatkan puluhan sms yang bernada keras dan marah.

Namun tambah Aa dengan penjelasannya kali ini semoga bisa dinilai secara proporsional. Dan Aa juga berjanji suatu saat akan menjelaskannya secara lebih detail.

"Dengan episode ini ada yang menganggap Aa tak tepat jadi panutan lagi semoga bisa mencari dan menemukan panutan. Aa mohon maaf sekali jika ada hal yang tak berkenan," kata Aa Gym.

*****

Beberapa bulan sebelumnya, memang sempat beredar di kalangan terbatas bahwa Aa Gym telah menikahi Alfarini Eridani, seorang mantan model, janda dengan tiga anak yang berusia 37 tahun. Namun, saat itu Aa Gym belum bersedia untuk mengabarkan ke khalayak umum tentang hal itu.

Setelah isu itu santer terdengar di masyarakat, Aa Gym pun mengakui adanya pernikahan tersebut melalui isteri pertamanya Ninih Mutmainnah atau yang biasa disapa Teh Ninih. "Ternyata setelah Aa Gym menikah...luar biasa, tidak seperti yang selama ini ditakutkan orang," kata Teh Ninih isteri pertama Aa Gym melalui telepon dari Kuala Lumpur Malaysia yang disiarkan langsung dalam acara Managemen Qalbu pagi di beberapa radio di Jakarta.

Pada kesempatan tersebut, Teh Ninih juga mengakui telah menerima banyak sekali SMS yang isinya sebagian besar mendoakannya, agar sebagai isteri bisa bersikap ikhlas atas perkawinan kedua Aa Gym.

"Ternyata berat (soal poligami), ini perjuangan untuk jadi poligami, itu yang dirasakan sejak lima tahun lalu, dan kemudian ternyata itu terjadi," kata Teh Nini diselingi tawa kecil.

Teh Ninih mengaku dirinya merasa seperti tak sengaja atau lebih tepatnya Allah telah mengarahkannya. "Kalau memang Allah menghendaki pasti terjadi. Saya takut nanti menyalahkan hukum Allah," kata Teh Ninih.

Selama lima tahun berproses, tambah Teh Ninih, suaminya dengan bijaksana selalu memberikan kebijakan mengenai soal poligami ini. "Menyadari bahwa menghadapi ini tidak mudah. Dan terima kasih dengan para pendengar yang telah mendoakan Teh Nini untuk tetap ikhlas," sambungnya.

Dalam penjelasan yang berlangsung hampir satu jam selepas shalat Subuh hingga pukul 06.00 WIB tersebut, Aa Gym sebelumnya menjelaskan posisinya atas persoalan poligami ini. "Kalau dengan episode ini ada pendengar yang menganggap Aa Gym tidak tepat jadi panutan, semoga bisa mencari dan mendapatkan panutan yang tepat. Aa mohon maaf sekali jika ada hal yang tak berkenan," kata AA Gym menutup acara MQ Pagi.

Untuk menegaskan kembali pernyataannya, Aa Gym dan Teh Ninih menggelar jumpa pers di kantor Daarut Tauhiid di bilangan Cipaku, Jakarta Selatan.

“Saya perihatin karena poligami sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar, dzalim, sehingga pelakunya sering menjadi bahan cemoohan dan dijadikan contoh yang buruk. Padahal, keyakinan saya, poligami itu dalam Islam dibolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Pada saat yang sama, di sekitar kita lihat dengan nyata bahwa perbuatan yang tidak senonoh, pergaulan yang tidak sesuai dengan aturan agama, TTM, itu dianggap lumrah. Kenapa jadi berbalik seperti ini?” kata Aa Gym dalam jumpa pers.

Keputusan yang diambil Aa Gym bukanlah tanpa pertimbangan matang. Selama lima tahun lalu, Aa Gym dan Teh Ninih telah bergulat dengan wacana poligami, hingga akhirnya Aa Gym mengambil keputusan tersebut. Waktu itu Aa Gym mengaku mengajukan tiga calon kepada isteri saya: gadis, janda belum punya anak, dan janda yang telah memiliki anak.

Setelah melakukan diskusi cukup panjang dengan sejumlah pihak, termasuk ulama sebelum memutuskan untuk menikah lagi, akhirnya langkah poligami pun diambil Aa Gym.

Menurut KH. Miftah Faridh, Ketua MUI Kota Bandung yang merupakan salah satu dari sedikit orang yang menghadiri pernikahan kedua Aa Gym dengan Rini, sejak dua hingga tiga bulan lalu, Aa Gym melakukan diskusi dengan dirinya terkait kabar yang merebak belakangan ini. Hal tersebut dilakukannya cukup intens. Tak hanya melibatkan keduanya, diskusi juga dihadiri oleh istri Aa, Teh Ninih. Mereka berdiskusi soal poligami.

Sebelum dipublikasikan, diputuskan terlebih dahulu momen yang tepat. Jika kemudian kabar ini menjadi hangat di masyarakat, dia menyerahkan sepenuhnya persoalan tersebut kepada Aa Gym.

Dalam diskusi tersebut, sempat muncul anggapan bahwa poligami sering kurang dipahami sehingga mendapat tanggapan kurang menyenangkan dari khalayak. Meski demikian disepakati, bukan ajarannya yang harus disalahkan tapi lebih kepada praktik yang tidak sesuai terutama lebih sering didasarkan untuk pemenuhan nafsu. Padahal di sisi lain, poligami bisa dijadikan sebagai sebuah solusi sosial.

Seperti dituturkan KH. Miftah, Aa memutuskan berdasarkan pertimbangan idealisme, dengan demikian lebih kepada ajaran. Miftah sendiri mempersilakannya Aa untuk memilih. "Jika kemudian mendapatkan reaksi seperti sekarang, saya kira Aa harus bisa membuktikannya. Bahwa langkah yang diambilnya merupakan sebuah solusi," tandasnya.

Pernikahan Aa Gym dengan Rini memang dihadiri kalangan terbatas. Tak lebih dari 8-10 orang. Prosesinya pun berlangsung sederhana dan relatif tidak lama. Apakah dilakukan secara agama, Kiai Miftah menyatakan bahwa pernikahan itu dicatat.

Di antara salah seorang kerabat dan sahabat Aa Gym yang tidak turut dalam proses pernikahan tersebut adalah KH. Muchtar Cholid. Meski demikian, KH. Muchtar kini sibuk menenangkan reaksi jamaahnya atas pernikahan Aa Gym. KH. Muchtar dan Aa Gym adalah dua sahabat yang saling bahu membahu membangun pesantren masing-masing. Mereka sering berdiskusi bagaimana memajukan Islam. “Aa Gym itu fenomenal. Beliau salah satu ustadz yang dapat menerjemahkan Islam dalam bentuk bisnis, kepemimpinan dan manajemen. Kalau saja beliau tidak menikah lagi langkah meuju RI I (Presiden –pen) bukan tidak mungkin akan mulus,” papar KH. Muchtar.

Kendati tidak memberi tahu terlebuh dulu, KH. Muchtar sudah menangkap gelagatnya dari beberapa bulan silam. “Jadi Aa itu sering menyinggung dan menanyakan kepada saya, “Kapan mau nambah istri lagi?” karena saya anggap bercanda saya jawab dengan nada bercanda. Tapi rupanya beliau sudah berniat untuk beristri lagi,” tutur KH. Muchtar.



Menguji kesabaran

Keingintahuan publik atas sikap yang diambil Aa Gym memang sangat beralasan. Sebagai tokoh utama yang menjadi sorotan, Aa Gym pun memahami betul reaksi masyarakat tersebut. Meski demikian, seolah bosan dengan berita yang melulu soal dirinya, Aa Gym mengajak masyarakat untuk dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. Hal tersebut diungkapkan Aa Gym dalam ceramahnya di sebuah stasiun televisi swasta, 10 Desember lalu.

“Kepada masyarakat Indonesia, satu minggu sudah negeri ini tersibukkan oleh sebuah berita. Saya berharap sudah waktunya kita mengerjakan hal lain, yang lebih penting daripada sekadar membahas perbedaan.”

Dengan gayanya yang khas, Aa Gym menganalogikan reaksi masyarakat tersebut dengan contoh lain. Menurutnya, reaksi masyarakat seperti ini ibarat memancing ikan di sungai. Jika airnya bening, maka ikannya akan dapat. Kalau airnya keruh ikan pun tak nampak. ”Kalau sedang kaget, mungkin hikmah belum terlihat. Saya berharap, kalau sudah reda, kita bersempat diri untuk bertafakur. Mungkin banyak ilmu, hikmah, dari gonjang-ganjing ini. Bagi para pendakwah bisa melihat hikmahnya apa buah dakwah. Bagi kaum ibu, kaum bapak, mudah-mudahan kalau sudah jernih ada pelajaran yang bisa diambil.”

Bagi siapapun yang kecewa, Aa Gym berharap agar masyarakat meningkatkan semangat belajar, sehingga setiap kekecewaan mampu dijawab dengan mencari ilmu untuk mendapatkan kebenaran. Dengan peristiwa tersebut, Aa Gym juga berharap agar setiap perbedaan pendapat bisa disikapi dengan jernih.

”Ibu setuju, ibu tidak risau, bu? Karena saya tidak menjadi penganjur ’lebih dari satu’. Bagaimana mau lebih dari satu, kalau yang satu saja tidak terurus. Tidak jadi penganjur, tetapi yang ada buatlah sakinah. Karena tanggung jawab bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Dan mudah-mudahan masyarakat bisa membedakan, mana yang namanya zina, mana yang namanya menikah. Jangan sampai yang halal dijadikan penjahat, yang zina jadi pahlawan. Na’udzubillahi min dzalik.”

Dalam kesempatan tersebut, Aa Gym juga memjawab pertanyaan publik tentang sikapnya yang dianggap telah menyakiti hati Teh Ninih. ”Alhamdulillah, saya sama sekali tidak menyuruh dan melarang isteri saya untuk melakukan tindakan kecuali yang sesuai dengan yang diyakininya. Karena tidak boleh kita memaksa seorang wanita, walaupun itu isteri kita. Insya Allah, mudah-mudahan hikmahnya bisa membuat kita merasakan nikmatnya ibadah kepada Allah Swt.”

Peristiwa ini, menurutnya merupakan ujian bagi dirinya, Teh Ninih, serta keluarganya. Dan untuk keluar dari ujian tersebut, tidak ada cara lain kecuali meyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan tetap bersabar. Ibarat orang yang ingin naik tingkat, maka ia harus melalui ujian. Semua yang punya cita-cita lebih tinggi harus siap dengan ujian. Dan setiap ujian memerlukan pengorbanan: waktu, tenaga, pikiran. Semua itu butuh kesabaran. Sabar itulah yang membuat orang menjadi tampak indah.



Teh Rini istri kedua Aa Gym

“Siapa sih sosok yang mampu menggetarkan hati Aa Gym?” pertanyaan ini muncul dari benak masyarakat yang terus mengikuti perkembangan berita seputar pernikahan kedua Aa Gym. Setelah tampil bertiga, bersama Aa Gym dan Teh Ninih, istri pertama Aa Gym di depan media untuk pertama kalinya pada Senin, 4 Desember lalu di Pesantren Daarut Tauhiid, jebolan Universitas Airlangga Surabaya, jurusan Fisipol ini, tak terlihat lagi.

Rumah milik ayah Aa Gym di jalan Pak Gatot VI, RT 02/02 KPAD, Bandung, yang terletak tepat di belakang pesantren Daarut Tauhiid yang kini didiami Rini selalu tertutup. Hanya seorang penjaga yang selalu mondar-mandir di sekitar rumah. Masyarakat yang ingin tahu dan mendatangi tempat tersebut, kadang melihat ada aktifitas di tempat itu, sejurus kemudian sepi seolah tidak berpenghuni.

Teteh Rini mulai menempati rumah itu sekitar tiga bulan silam. Sebelumya rumah itu dihuni anak-anak yatim piatu. Kadang juga dihuni para pengunjung yang melakukan pelatihan di Daarut Tauhiid.

“Ibu Rini ini lulusan Universitas Airlangga, IPK 3,6. Ibu Rini cerdas, karena ada hubungan darah dengan Pak Habibie (mantan Presiden RI),” kata Aa Gym saat mengenalkan Teh Rini kepada para karyawan Manajemen Qolbu Coorporation. Kecerdasan Teh Rini, tampaknya, menjadi salah satu penyebab ketertarikan Aa Gym terhadapnya.

Teteh Rini adalah salah satu kemenakan dari istri mantan Presiden BJ Habibie. Tahun 1987 saat usia Rini menginjak 20 tahun, Rini terjun di bidang model lewat Jimmie Enterprise. Setelah itu ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Politik di Universitas Airlangga. Sejumlah media massa menginformasikan, konon suami pertamanya adalah Wakapolda Nanggroe Aceh Darussalam. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua orang anak. Setelah bercerai, Teh Rini menikah lagi dengan seorang pengusaha dan dikaruniai satu orang anak.

Beberapa tahun silam, Teh Rini menjadi salah satu murid Aa Gym yang sering mendengarkan ceramah-ceramah Aa Gym. Bahkan, Teh Rini merupakan salah satu murid yang selalu duduk di barisan paling depan jika Aa memberikan ceramah. Meski demikian, Aa tak pernah tahu dengan sosok Teh Rini. “Soalnya saya selalu menundukkan pandangan,” ujar Aa.

Perkenalan terjadi ketika pada 2005, Teh Rini menjadi salah satu anggota rombongan umrah Daarut Tauhiid. Beberapa bulan setelah umrah, Teh Rini mengikuti pengajian di Gegerkalong Girang. Ketika itulah ia ditawari kerja di Daarut Tauhiid oleh Abdurrahman Yuri, adik kandung Aa Gym yang menjabat sebagai direktur MQ Coorporation.

Seperti karyawan lainnya yang bekerja di tempat itu, Teh Rini pun tak pernah ketinggalan mengikuti kegiatan ibadah yang dilakukan secara berjamaah. Begitu juga frekuensi pertemuan dengan Aa Gym menjadi lebih besar. Melihat ibadah Teh Rini yang sangat rajin ditambah kondisi ibu Teh Rini yang menderita stroke dan ayahnya sudah tua, lalu Aa Gym memutuskan untuk menikahi Rini. Pernikahan terjadi pada bulan Ramadhan di Kota Bandung.

Teh Rini yang lahir pada 4 Desember 1969 tersebut saat ini tengah menekuni ilmu Alquran. Ia berharap kelak menjadi seorang hafidzah, penghafal Alquran.



Teh Ninih Puji Madu

Setelah kabar santer tersebut mulai mereda, Aa Gym dan Teh Ninih mulai terbiasa muncul di muka publik. Demikian pula dengan komentar-komentar keduanya menanggapi fenomena itu.

Teh Ninih mulai terbuka dengan sikap dan perasaannya kepada jamaah pengajian. Meskipun merasakan sakit hati, isteri pertama Aa Gym ini memuji madunya. "Gimana enggak sedih, mana madunya cantik. Melebihi dari saya dari segi fisik," kata Teh Ninih dengan suara pelan, saat mendampingi sang suami berceramah di Masjid Raya Batam Center, Selasa malam.

Teh Ninih kemudian menceritakan pertemuan pertama dengan Alfarini Eridani, perempuan yang mencuri hati suaminya. "Hati enggak mau ketemu, tapi harus ketemu, gimana? Ya sudahlah bertemu saja," ceritanya dalam logat Sunda yang kental.

Menurutnya, pertemuan pertamanya dengan perempuan beranak tiga itu cenderung kaku. Tak banyak yang dapat dilakukan Teteh, selain tersenyum. "Setelah ketemu juga garing, paling senyum saja. Enggak nyubit atau mukul," katanya disambut tawa jemaah.

Di hadapan ratusan ibu yang menyesalkan keiklasannya dimadu, ia menceritakan saat-saat ia ditinggal sang suami yang mengunjungi isteri kedua. "Rasanya panas, kalau Aa lagi di sana. Huhh... ," kata cucu kiai kenamaan Mohamad Tasdiqin itu.

Menurut ibu Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali, dan Gheriya Rahima itu cemburu merupakan kewajaran, sebagai tanda cinta kepada suami. Ia mencontohkan Aisyah, isteri Rasulullah Saw., saja cemburu apabila sang suami sedang bersama isterinya yang lain.

Sebelum merebaknya berita poligami yang dilakukannya, Aa Gym telah mendapat restu dari istrinya. Teh Ninih rela jika hal itu tujuannya untuk membahagiakan Aa. Pernyataan siap dimadu itu dilontarkan Teh Ninih saat ditanya sejumlah wartawan dan infotainment yang berkunjung ke kediaman Aa Gym di Gegerkalong Girang, Bandung, Minggu (23/10).

"Kalau soal poligami, jika itu bisa membahagiakan Aa, Teteh ikut saja. Walaupun hal itu sangat berat buat seorang wanita, tapi Teteh mengharap mendapat surga. Salah satu syarat masuk surga adalah berbakti kepada suami," ucap Teh Ninih.

Ketika itu, Teh Ninih masih percaya bahwa Aa belum akan berpoligami. "Teteh yakin Aa sangat cinta kepada Teteh dan keluarga. Saat ini mungkin tidak (berpoligami) karena belum mendesak dan darurat," ucap Teh Ninih.

Dalam sebuah ceramahnya Aa Gym mengungkapkan, "Berpoligami dalam Alquran dikaitkan dengan pemeliharaan anak yatim. Sebabnya, pada masa Rasulullah SAW, banyak lelaki yang meninggal dalam pertempuran. Mereka meninggalkan anak-anak kecil (yatim) yang membutuhkan bantuan. Agar tidak mengundang fitnah, maka diperbolehkanlah menikah dengan janda yang memiliki anak tersebut. Jadi niatnya menolong, bukan karena semata-mata hawa nafsu."

Jangan Berlebihan Dalam Memahami Masalah Poligami

Pada setiap kesempatan, ketika Aa Gym ditanya banyak pihak tentang keputusannya berpoligami, ia selalu meminta agar peristiwa ini dipandang secara proporsional. Aa Gym berharap agar masyarakat melihatnya dari sisi keilmuan, bukan berdasar pada emosional belaka.

Dalam sejarahnya, memang poligami tidak hanya disalah persepsikan oleh masyarakat saat ini saja, tetapi juga oleh masyarakat terdahulu. Di satu pihak, sebagian masyarakat terlalu berlebihan dalam memahami kebolehan poligami dalam Islam. Dan sebaliknya, ada kalangan yang berusaha menghalang-halangi terjadinya poligami dalam Islam, meski tidak sampai menolak syariatnya.

a. Pihak yang membolehkan poligami

Sebagian orang yang memandang dibolehkannya poligami, kadang melihatnya sebagai sesuatu yang berlebihan. Menurut kalangan ini, poligami adalah perkara yang sangat utama untuk dikerjakan bahkan merupakan sunnah muakkadah dan pola hidup Rasulullah Saw. Mereka selalu mendengungkan poligami hingga seolah-olah hampir mendekati wajib.

Kalangan ini tentu memiliki pemahaman keliru, apalagi sering menggunakan ayat poligami yang memang bunyinya seolah-olah seperti mendahulukan poligami dan bila tidak mampu, barulah beristri satu saja. Istilahnya, poligami dulu, kalau tidak mampu, baru satu saja.

Firman Allah Swt: “Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya,” (QS. An-Nisa: 3).

Ayat tersebut, sebenarnya sama sekali tidak bermakna demikian. Karena meski sepintas ayat itu kelihatan mendahulukan poligami lebih dahulu, tapi dalam kenyataan hukum hasil dari istinbath para ulama dengan membandingkannya dengan dalil-dalil lainnya menunjukan bahwa poligami merupakan jalan keluar atau rukhshah (bentuk keringanan) atas sebuah kebutuhan. Bukan menempati posisi utama dalam masalah pernikahan.

Alasan agar tidak jatuh ke dalam zina adalah alasan yang ma`qul (logis) dan sangat bisa diterima. Karena Allah Swt. memang memerintahkan agar seorang mukmin menjaga kemaluannya. Allah Swt. berfirman: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,” (QS. Al-Mukminun: 5).

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat," (QS. An-Nur: 30).

Bila satu isteri saja masih belum bisa menahan gejolak syahwatnya, sementara secara nafkah dia mampu berbuat adil, bolehlah seseorang untuk menikah lagi dengan niat menjaga agamanya. Bukan sekedar memuaskan nafsu syahwat saja.

Bentuk kekeliruan yang lain adalah rasa terlalu optimis atas kemampuan menanggung beban nafkah. Padahal Islam tetap menutut kita berlaku logis dan penuh perhitungan. Memang rezeki itu Allah Swt. yang memberi, tapi rezeki itu tidak datang begitu saja.

Bahkan untuk orang yang baru pertama kali menikah pun, Rasulullah Saw. mensyaratkan harus punya kemampuan finansial. Dan bila belum mampu, maka hendaknya berpuasa saja.



b. Pihak yang Mencegah Poligami

Sebagian masyarakat, ada juga yang menentang poligami atau paling tidak kurang bersimpati terhadap poligami. Mereka pun sibuk membolak balik ayat Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. untuk mencari dalih yang bisa melarang atau minimal memberatkan jalan menuju poligami. Misalnya dengan mengikat seorang suami untuk janji tidak menikah lagi ketika melangsungkan pernikahan pertamanya. Janji itu diqiyaskan dengan sighat ta'liq yang bila dilanggar maka isterinya diceraikan.

Menanggapi hal ini, para ulama berbeda pendapat tentang syarat tidak boleh melakukan poligami bagi suami yang diajukan oleh isterinya pada saat aqad nikah. Apakah pensyaratan tersebut dibolehkan atau tidak?

Sebagian ulama menyatakan bahwa pensyaratan tersebut diperbolehkan, sedangkan yang lain berpendapat hal tersebut dimakruhkan tetapi tidak haram. Karena dengan adanya pensyaratan tersebut maka suami akan merasa terbelenggu yang pada akhirnya akan menimbulakn hubungan yang kurang harmonis di antara keduanya.

Bentuk lainnya dari upaya menelikung poligami dalam Islam, dikatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan poligami kecuali hanya kepada janda saja. Tidak pernah kepada wanita yang perawan. Memang ketika menikahi Aisyah ra, status Rasulullah Saw. adalah seorang duda yang ditinggal mati isterinya.

Dalam menjawab masalah ini, sebenarnya syarat harus menikahi wanita yang berstatus janda bukanlah syarat untuk poligami. Meski Rasulullah Saw. memang lebih banyak menikahi janda ketimbang yang masih gadis. Namun hal itu terpulang kepada pertimbangan teknis di masa itu yang umumnya untuk memuliakan para wanita atau mengambil hati tokoh di belakang wanita itu. Pertimbangan ini tidak menjadi syarat untuk poligami secara baku dalam syariat Islam.

Sebagian kalangan juga ingin menghalangi poligami dengan dasar bahwa syarat berlaku adil dalam Alquran adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan demikian, maka poligami dilarang dalam Islam.

Padahal, meski ada ayat yang demikian, yang dimaksud dengan "keadilan tidak dapat dilakukan" adalah keadilan yang bersifat menyeluruh baik materi maupun ruhiyah. Sementara keadilan yang dituntut dalam sebuah poligami hanya sebatas keadilan secara sesuatu yang bisa diukur dan lebih bersifat materi. Sedangkan masalah cinta dalam dada, sangat sulit untuk diidentifikasi. Namun demikian, Rasulullah Saw. mengancam orang yang berlaku tidak adil kepada isterinya dengan ancaman berat.

(Sumber: Buku "Tak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami", Imam Fathurrohman)

Baca Selanjutnya......