(4) Aa Gym Berpoligami?

"Poligami ini jelas hal yang dibolehkan oleh Allah, tapi tidak dianjurkan. Poligami dibolehkan dengan cara-cara tertentu sebagai emergency exit," kata Aa Gym memulai penjelasannya melalui telepon internasional dari Kuala Lumpur Malaysia yang disiarkan langsung oleh puluhan radio di Jakarta, Sabtu pagi, 1 Desember 2006.

Sebelumnya Aa Gym mengakui bahwa selama ini para pendengar maupun umat yang datang ke pondoknya selalu mewanti-wanti soal dua hal yakni Aa Gym jangan berpolitik dan Aa Gym jangan berpoligami.

"Untuk bapak-bapak selalu mengingatkan Aa jangan berpolitik dan untuk ibu-ibu mengingatkan Aa jangan berpoligami," kata Aa Gym.

Atas dua persoalan tersebut, tambah Aa, membuat ia merenung apa yang salah dengan politik dan poligami. Bagi Aa yang salah bukan politiknya namun orangnya. Menurut Aa, apa jadinya politik jika orang-orang yang baik justru menghindar dari politik.

Padahal banyak sekali produk hukum yang mengatur masyarakat justru dihasilkan dan dirumuskan oleh orang-orang politik. Aa Gym mencontoh begiu sulitnya penyusunan RUU Pornografi akibat tarik menarik kepentingan. Padahal pornografi tersebut, jelas-jelas sesuatu yang merusak akhlak.

Sementara mengenai poligami, Aa menilai saat ini banyak sekali masyarakat Indonesia yang memandang poligami sebagai sesuatu yang buruk, yang dicaci maki.

"Tapi bisa dimaklumi siapa sih wanita yang mau dipoligami, bagi laki-laki mungkin ringan bicaranya tapi bagi wanita ini luka yang amat dalam, tapi bagi sebagian kecil wanita yang telah memahami itu bisa," kata Aa Gym.

Aa Gym mengakui bahwa banyak ibu-ibu yang takut sekali dengan poligami karena khawatir akan menimpa dirinya.

"Tidak mau bukan berarti kesalahan, tetapi jangan sampai menyalahkan hukum Allah, itu bukan sesuatu yang dibenarkan, " kata Aa Gym dengan hati-hati.

Untuk itu Aa Gym mengingatkan agar: pertama berhati-hati dalam menilai hukum Allah. Kedua juga berhati-hati dalam menilai orang karena kebutuhan keluarga itu unik. "Karena kita tak bisa menilai keluarga orang lain," kata Aa Gym.

Aa Gym memberikan contoh untuk beberapa agama seperti Kristen maupun Protestan, kenapa ada Pendeta yang tidak menikah. Hal itu karena berdasarkan ketentuan agamanya dan keyakinannya. Begitu pun dengan agama Islam (dibolehkannya poligami).

"Jadi kelihatannya harus ada upaya-upaya bersama antara perasaan dan keyakinan sehingga semuanya proporsional dalam mengomentari," kata Aa.

Dalam penjelasan yang sempat terputus telepon internasional sampai dua kali tersebut, Aa dengan hati-hati menerangkan persoalan poligami ini. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini khususnya dengan banyaknya SMS yang diterimanya yang bernada keras dan marah, dianggapnya sebagai sebuah imunisasi.

"Ini seperti diimunisasi. Oh giti toh kalau dicaci maki, tapi itu semua karena sayang. Semua manusiawi," kata Aa.

Aa mengaku tidak akan bersembunyi dari persoalan ini dan tetap akan bertanggungjawab. Aa juga mengaku atas tindakan poligaminya ini ia mendapatkan puluhan sms yang bernada keras dan marah.

Namun tambah Aa dengan penjelasannya kali ini semoga bisa dinilai secara proporsional. Dan Aa juga berjanji suatu saat akan menjelaskannya secara lebih detail.

"Dengan episode ini ada yang menganggap Aa tak tepat jadi panutan lagi semoga bisa mencari dan menemukan panutan. Aa mohon maaf sekali jika ada hal yang tak berkenan," kata Aa Gym.

*****

Beberapa bulan sebelumnya, memang sempat beredar di kalangan terbatas bahwa Aa Gym telah menikahi Alfarini Eridani, seorang mantan model, janda dengan tiga anak yang berusia 37 tahun. Namun, saat itu Aa Gym belum bersedia untuk mengabarkan ke khalayak umum tentang hal itu.

Setelah isu itu santer terdengar di masyarakat, Aa Gym pun mengakui adanya pernikahan tersebut melalui isteri pertamanya Ninih Mutmainnah atau yang biasa disapa Teh Ninih. "Ternyata setelah Aa Gym menikah...luar biasa, tidak seperti yang selama ini ditakutkan orang," kata Teh Ninih isteri pertama Aa Gym melalui telepon dari Kuala Lumpur Malaysia yang disiarkan langsung dalam acara Managemen Qalbu pagi di beberapa radio di Jakarta.

Pada kesempatan tersebut, Teh Ninih juga mengakui telah menerima banyak sekali SMS yang isinya sebagian besar mendoakannya, agar sebagai isteri bisa bersikap ikhlas atas perkawinan kedua Aa Gym.

"Ternyata berat (soal poligami), ini perjuangan untuk jadi poligami, itu yang dirasakan sejak lima tahun lalu, dan kemudian ternyata itu terjadi," kata Teh Nini diselingi tawa kecil.

Teh Ninih mengaku dirinya merasa seperti tak sengaja atau lebih tepatnya Allah telah mengarahkannya. "Kalau memang Allah menghendaki pasti terjadi. Saya takut nanti menyalahkan hukum Allah," kata Teh Ninih.

Selama lima tahun berproses, tambah Teh Ninih, suaminya dengan bijaksana selalu memberikan kebijakan mengenai soal poligami ini. "Menyadari bahwa menghadapi ini tidak mudah. Dan terima kasih dengan para pendengar yang telah mendoakan Teh Nini untuk tetap ikhlas," sambungnya.

Dalam penjelasan yang berlangsung hampir satu jam selepas shalat Subuh hingga pukul 06.00 WIB tersebut, Aa Gym sebelumnya menjelaskan posisinya atas persoalan poligami ini. "Kalau dengan episode ini ada pendengar yang menganggap Aa Gym tidak tepat jadi panutan, semoga bisa mencari dan mendapatkan panutan yang tepat. Aa mohon maaf sekali jika ada hal yang tak berkenan," kata AA Gym menutup acara MQ Pagi.

Untuk menegaskan kembali pernyataannya, Aa Gym dan Teh Ninih menggelar jumpa pers di kantor Daarut Tauhiid di bilangan Cipaku, Jakarta Selatan.

“Saya perihatin karena poligami sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar, dzalim, sehingga pelakunya sering menjadi bahan cemoohan dan dijadikan contoh yang buruk. Padahal, keyakinan saya, poligami itu dalam Islam dibolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Pada saat yang sama, di sekitar kita lihat dengan nyata bahwa perbuatan yang tidak senonoh, pergaulan yang tidak sesuai dengan aturan agama, TTM, itu dianggap lumrah. Kenapa jadi berbalik seperti ini?” kata Aa Gym dalam jumpa pers.

Keputusan yang diambil Aa Gym bukanlah tanpa pertimbangan matang. Selama lima tahun lalu, Aa Gym dan Teh Ninih telah bergulat dengan wacana poligami, hingga akhirnya Aa Gym mengambil keputusan tersebut. Waktu itu Aa Gym mengaku mengajukan tiga calon kepada isteri saya: gadis, janda belum punya anak, dan janda yang telah memiliki anak.

Setelah melakukan diskusi cukup panjang dengan sejumlah pihak, termasuk ulama sebelum memutuskan untuk menikah lagi, akhirnya langkah poligami pun diambil Aa Gym.

Menurut KH. Miftah Faridh, Ketua MUI Kota Bandung yang merupakan salah satu dari sedikit orang yang menghadiri pernikahan kedua Aa Gym dengan Rini, sejak dua hingga tiga bulan lalu, Aa Gym melakukan diskusi dengan dirinya terkait kabar yang merebak belakangan ini. Hal tersebut dilakukannya cukup intens. Tak hanya melibatkan keduanya, diskusi juga dihadiri oleh istri Aa, Teh Ninih. Mereka berdiskusi soal poligami.

Sebelum dipublikasikan, diputuskan terlebih dahulu momen yang tepat. Jika kemudian kabar ini menjadi hangat di masyarakat, dia menyerahkan sepenuhnya persoalan tersebut kepada Aa Gym.

Dalam diskusi tersebut, sempat muncul anggapan bahwa poligami sering kurang dipahami sehingga mendapat tanggapan kurang menyenangkan dari khalayak. Meski demikian disepakati, bukan ajarannya yang harus disalahkan tapi lebih kepada praktik yang tidak sesuai terutama lebih sering didasarkan untuk pemenuhan nafsu. Padahal di sisi lain, poligami bisa dijadikan sebagai sebuah solusi sosial.

Seperti dituturkan KH. Miftah, Aa memutuskan berdasarkan pertimbangan idealisme, dengan demikian lebih kepada ajaran. Miftah sendiri mempersilakannya Aa untuk memilih. "Jika kemudian mendapatkan reaksi seperti sekarang, saya kira Aa harus bisa membuktikannya. Bahwa langkah yang diambilnya merupakan sebuah solusi," tandasnya.

Pernikahan Aa Gym dengan Rini memang dihadiri kalangan terbatas. Tak lebih dari 8-10 orang. Prosesinya pun berlangsung sederhana dan relatif tidak lama. Apakah dilakukan secara agama, Kiai Miftah menyatakan bahwa pernikahan itu dicatat.

Di antara salah seorang kerabat dan sahabat Aa Gym yang tidak turut dalam proses pernikahan tersebut adalah KH. Muchtar Cholid. Meski demikian, KH. Muchtar kini sibuk menenangkan reaksi jamaahnya atas pernikahan Aa Gym. KH. Muchtar dan Aa Gym adalah dua sahabat yang saling bahu membahu membangun pesantren masing-masing. Mereka sering berdiskusi bagaimana memajukan Islam. “Aa Gym itu fenomenal. Beliau salah satu ustadz yang dapat menerjemahkan Islam dalam bentuk bisnis, kepemimpinan dan manajemen. Kalau saja beliau tidak menikah lagi langkah meuju RI I (Presiden –pen) bukan tidak mungkin akan mulus,” papar KH. Muchtar.

Kendati tidak memberi tahu terlebuh dulu, KH. Muchtar sudah menangkap gelagatnya dari beberapa bulan silam. “Jadi Aa itu sering menyinggung dan menanyakan kepada saya, “Kapan mau nambah istri lagi?” karena saya anggap bercanda saya jawab dengan nada bercanda. Tapi rupanya beliau sudah berniat untuk beristri lagi,” tutur KH. Muchtar.



Menguji kesabaran

Keingintahuan publik atas sikap yang diambil Aa Gym memang sangat beralasan. Sebagai tokoh utama yang menjadi sorotan, Aa Gym pun memahami betul reaksi masyarakat tersebut. Meski demikian, seolah bosan dengan berita yang melulu soal dirinya, Aa Gym mengajak masyarakat untuk dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. Hal tersebut diungkapkan Aa Gym dalam ceramahnya di sebuah stasiun televisi swasta, 10 Desember lalu.

“Kepada masyarakat Indonesia, satu minggu sudah negeri ini tersibukkan oleh sebuah berita. Saya berharap sudah waktunya kita mengerjakan hal lain, yang lebih penting daripada sekadar membahas perbedaan.”

Dengan gayanya yang khas, Aa Gym menganalogikan reaksi masyarakat tersebut dengan contoh lain. Menurutnya, reaksi masyarakat seperti ini ibarat memancing ikan di sungai. Jika airnya bening, maka ikannya akan dapat. Kalau airnya keruh ikan pun tak nampak. ”Kalau sedang kaget, mungkin hikmah belum terlihat. Saya berharap, kalau sudah reda, kita bersempat diri untuk bertafakur. Mungkin banyak ilmu, hikmah, dari gonjang-ganjing ini. Bagi para pendakwah bisa melihat hikmahnya apa buah dakwah. Bagi kaum ibu, kaum bapak, mudah-mudahan kalau sudah jernih ada pelajaran yang bisa diambil.”

Bagi siapapun yang kecewa, Aa Gym berharap agar masyarakat meningkatkan semangat belajar, sehingga setiap kekecewaan mampu dijawab dengan mencari ilmu untuk mendapatkan kebenaran. Dengan peristiwa tersebut, Aa Gym juga berharap agar setiap perbedaan pendapat bisa disikapi dengan jernih.

”Ibu setuju, ibu tidak risau, bu? Karena saya tidak menjadi penganjur ’lebih dari satu’. Bagaimana mau lebih dari satu, kalau yang satu saja tidak terurus. Tidak jadi penganjur, tetapi yang ada buatlah sakinah. Karena tanggung jawab bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Dan mudah-mudahan masyarakat bisa membedakan, mana yang namanya zina, mana yang namanya menikah. Jangan sampai yang halal dijadikan penjahat, yang zina jadi pahlawan. Na’udzubillahi min dzalik.”

Dalam kesempatan tersebut, Aa Gym juga memjawab pertanyaan publik tentang sikapnya yang dianggap telah menyakiti hati Teh Ninih. ”Alhamdulillah, saya sama sekali tidak menyuruh dan melarang isteri saya untuk melakukan tindakan kecuali yang sesuai dengan yang diyakininya. Karena tidak boleh kita memaksa seorang wanita, walaupun itu isteri kita. Insya Allah, mudah-mudahan hikmahnya bisa membuat kita merasakan nikmatnya ibadah kepada Allah Swt.”

Peristiwa ini, menurutnya merupakan ujian bagi dirinya, Teh Ninih, serta keluarganya. Dan untuk keluar dari ujian tersebut, tidak ada cara lain kecuali meyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan tetap bersabar. Ibarat orang yang ingin naik tingkat, maka ia harus melalui ujian. Semua yang punya cita-cita lebih tinggi harus siap dengan ujian. Dan setiap ujian memerlukan pengorbanan: waktu, tenaga, pikiran. Semua itu butuh kesabaran. Sabar itulah yang membuat orang menjadi tampak indah.



Teh Rini istri kedua Aa Gym

“Siapa sih sosok yang mampu menggetarkan hati Aa Gym?” pertanyaan ini muncul dari benak masyarakat yang terus mengikuti perkembangan berita seputar pernikahan kedua Aa Gym. Setelah tampil bertiga, bersama Aa Gym dan Teh Ninih, istri pertama Aa Gym di depan media untuk pertama kalinya pada Senin, 4 Desember lalu di Pesantren Daarut Tauhiid, jebolan Universitas Airlangga Surabaya, jurusan Fisipol ini, tak terlihat lagi.

Rumah milik ayah Aa Gym di jalan Pak Gatot VI, RT 02/02 KPAD, Bandung, yang terletak tepat di belakang pesantren Daarut Tauhiid yang kini didiami Rini selalu tertutup. Hanya seorang penjaga yang selalu mondar-mandir di sekitar rumah. Masyarakat yang ingin tahu dan mendatangi tempat tersebut, kadang melihat ada aktifitas di tempat itu, sejurus kemudian sepi seolah tidak berpenghuni.

Teteh Rini mulai menempati rumah itu sekitar tiga bulan silam. Sebelumya rumah itu dihuni anak-anak yatim piatu. Kadang juga dihuni para pengunjung yang melakukan pelatihan di Daarut Tauhiid.

“Ibu Rini ini lulusan Universitas Airlangga, IPK 3,6. Ibu Rini cerdas, karena ada hubungan darah dengan Pak Habibie (mantan Presiden RI),” kata Aa Gym saat mengenalkan Teh Rini kepada para karyawan Manajemen Qolbu Coorporation. Kecerdasan Teh Rini, tampaknya, menjadi salah satu penyebab ketertarikan Aa Gym terhadapnya.

Teteh Rini adalah salah satu kemenakan dari istri mantan Presiden BJ Habibie. Tahun 1987 saat usia Rini menginjak 20 tahun, Rini terjun di bidang model lewat Jimmie Enterprise. Setelah itu ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Politik di Universitas Airlangga. Sejumlah media massa menginformasikan, konon suami pertamanya adalah Wakapolda Nanggroe Aceh Darussalam. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua orang anak. Setelah bercerai, Teh Rini menikah lagi dengan seorang pengusaha dan dikaruniai satu orang anak.

Beberapa tahun silam, Teh Rini menjadi salah satu murid Aa Gym yang sering mendengarkan ceramah-ceramah Aa Gym. Bahkan, Teh Rini merupakan salah satu murid yang selalu duduk di barisan paling depan jika Aa memberikan ceramah. Meski demikian, Aa tak pernah tahu dengan sosok Teh Rini. “Soalnya saya selalu menundukkan pandangan,” ujar Aa.

Perkenalan terjadi ketika pada 2005, Teh Rini menjadi salah satu anggota rombongan umrah Daarut Tauhiid. Beberapa bulan setelah umrah, Teh Rini mengikuti pengajian di Gegerkalong Girang. Ketika itulah ia ditawari kerja di Daarut Tauhiid oleh Abdurrahman Yuri, adik kandung Aa Gym yang menjabat sebagai direktur MQ Coorporation.

Seperti karyawan lainnya yang bekerja di tempat itu, Teh Rini pun tak pernah ketinggalan mengikuti kegiatan ibadah yang dilakukan secara berjamaah. Begitu juga frekuensi pertemuan dengan Aa Gym menjadi lebih besar. Melihat ibadah Teh Rini yang sangat rajin ditambah kondisi ibu Teh Rini yang menderita stroke dan ayahnya sudah tua, lalu Aa Gym memutuskan untuk menikahi Rini. Pernikahan terjadi pada bulan Ramadhan di Kota Bandung.

Teh Rini yang lahir pada 4 Desember 1969 tersebut saat ini tengah menekuni ilmu Alquran. Ia berharap kelak menjadi seorang hafidzah, penghafal Alquran.



Teh Ninih Puji Madu

Setelah kabar santer tersebut mulai mereda, Aa Gym dan Teh Ninih mulai terbiasa muncul di muka publik. Demikian pula dengan komentar-komentar keduanya menanggapi fenomena itu.

Teh Ninih mulai terbuka dengan sikap dan perasaannya kepada jamaah pengajian. Meskipun merasakan sakit hati, isteri pertama Aa Gym ini memuji madunya. "Gimana enggak sedih, mana madunya cantik. Melebihi dari saya dari segi fisik," kata Teh Ninih dengan suara pelan, saat mendampingi sang suami berceramah di Masjid Raya Batam Center, Selasa malam.

Teh Ninih kemudian menceritakan pertemuan pertama dengan Alfarini Eridani, perempuan yang mencuri hati suaminya. "Hati enggak mau ketemu, tapi harus ketemu, gimana? Ya sudahlah bertemu saja," ceritanya dalam logat Sunda yang kental.

Menurutnya, pertemuan pertamanya dengan perempuan beranak tiga itu cenderung kaku. Tak banyak yang dapat dilakukan Teteh, selain tersenyum. "Setelah ketemu juga garing, paling senyum saja. Enggak nyubit atau mukul," katanya disambut tawa jemaah.

Di hadapan ratusan ibu yang menyesalkan keiklasannya dimadu, ia menceritakan saat-saat ia ditinggal sang suami yang mengunjungi isteri kedua. "Rasanya panas, kalau Aa lagi di sana. Huhh... ," kata cucu kiai kenamaan Mohamad Tasdiqin itu.

Menurut ibu Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali, dan Gheriya Rahima itu cemburu merupakan kewajaran, sebagai tanda cinta kepada suami. Ia mencontohkan Aisyah, isteri Rasulullah Saw., saja cemburu apabila sang suami sedang bersama isterinya yang lain.

Sebelum merebaknya berita poligami yang dilakukannya, Aa Gym telah mendapat restu dari istrinya. Teh Ninih rela jika hal itu tujuannya untuk membahagiakan Aa. Pernyataan siap dimadu itu dilontarkan Teh Ninih saat ditanya sejumlah wartawan dan infotainment yang berkunjung ke kediaman Aa Gym di Gegerkalong Girang, Bandung, Minggu (23/10).

"Kalau soal poligami, jika itu bisa membahagiakan Aa, Teteh ikut saja. Walaupun hal itu sangat berat buat seorang wanita, tapi Teteh mengharap mendapat surga. Salah satu syarat masuk surga adalah berbakti kepada suami," ucap Teh Ninih.

Ketika itu, Teh Ninih masih percaya bahwa Aa belum akan berpoligami. "Teteh yakin Aa sangat cinta kepada Teteh dan keluarga. Saat ini mungkin tidak (berpoligami) karena belum mendesak dan darurat," ucap Teh Ninih.

Dalam sebuah ceramahnya Aa Gym mengungkapkan, "Berpoligami dalam Alquran dikaitkan dengan pemeliharaan anak yatim. Sebabnya, pada masa Rasulullah SAW, banyak lelaki yang meninggal dalam pertempuran. Mereka meninggalkan anak-anak kecil (yatim) yang membutuhkan bantuan. Agar tidak mengundang fitnah, maka diperbolehkanlah menikah dengan janda yang memiliki anak tersebut. Jadi niatnya menolong, bukan karena semata-mata hawa nafsu."

Jangan Berlebihan Dalam Memahami Masalah Poligami

Pada setiap kesempatan, ketika Aa Gym ditanya banyak pihak tentang keputusannya berpoligami, ia selalu meminta agar peristiwa ini dipandang secara proporsional. Aa Gym berharap agar masyarakat melihatnya dari sisi keilmuan, bukan berdasar pada emosional belaka.

Dalam sejarahnya, memang poligami tidak hanya disalah persepsikan oleh masyarakat saat ini saja, tetapi juga oleh masyarakat terdahulu. Di satu pihak, sebagian masyarakat terlalu berlebihan dalam memahami kebolehan poligami dalam Islam. Dan sebaliknya, ada kalangan yang berusaha menghalang-halangi terjadinya poligami dalam Islam, meski tidak sampai menolak syariatnya.

a. Pihak yang membolehkan poligami

Sebagian orang yang memandang dibolehkannya poligami, kadang melihatnya sebagai sesuatu yang berlebihan. Menurut kalangan ini, poligami adalah perkara yang sangat utama untuk dikerjakan bahkan merupakan sunnah muakkadah dan pola hidup Rasulullah Saw. Mereka selalu mendengungkan poligami hingga seolah-olah hampir mendekati wajib.

Kalangan ini tentu memiliki pemahaman keliru, apalagi sering menggunakan ayat poligami yang memang bunyinya seolah-olah seperti mendahulukan poligami dan bila tidak mampu, barulah beristri satu saja. Istilahnya, poligami dulu, kalau tidak mampu, baru satu saja.

Firman Allah Swt: “Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya,” (QS. An-Nisa: 3).

Ayat tersebut, sebenarnya sama sekali tidak bermakna demikian. Karena meski sepintas ayat itu kelihatan mendahulukan poligami lebih dahulu, tapi dalam kenyataan hukum hasil dari istinbath para ulama dengan membandingkannya dengan dalil-dalil lainnya menunjukan bahwa poligami merupakan jalan keluar atau rukhshah (bentuk keringanan) atas sebuah kebutuhan. Bukan menempati posisi utama dalam masalah pernikahan.

Alasan agar tidak jatuh ke dalam zina adalah alasan yang ma`qul (logis) dan sangat bisa diterima. Karena Allah Swt. memang memerintahkan agar seorang mukmin menjaga kemaluannya. Allah Swt. berfirman: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,” (QS. Al-Mukminun: 5).

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat," (QS. An-Nur: 30).

Bila satu isteri saja masih belum bisa menahan gejolak syahwatnya, sementara secara nafkah dia mampu berbuat adil, bolehlah seseorang untuk menikah lagi dengan niat menjaga agamanya. Bukan sekedar memuaskan nafsu syahwat saja.

Bentuk kekeliruan yang lain adalah rasa terlalu optimis atas kemampuan menanggung beban nafkah. Padahal Islam tetap menutut kita berlaku logis dan penuh perhitungan. Memang rezeki itu Allah Swt. yang memberi, tapi rezeki itu tidak datang begitu saja.

Bahkan untuk orang yang baru pertama kali menikah pun, Rasulullah Saw. mensyaratkan harus punya kemampuan finansial. Dan bila belum mampu, maka hendaknya berpuasa saja.



b. Pihak yang Mencegah Poligami

Sebagian masyarakat, ada juga yang menentang poligami atau paling tidak kurang bersimpati terhadap poligami. Mereka pun sibuk membolak balik ayat Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. untuk mencari dalih yang bisa melarang atau minimal memberatkan jalan menuju poligami. Misalnya dengan mengikat seorang suami untuk janji tidak menikah lagi ketika melangsungkan pernikahan pertamanya. Janji itu diqiyaskan dengan sighat ta'liq yang bila dilanggar maka isterinya diceraikan.

Menanggapi hal ini, para ulama berbeda pendapat tentang syarat tidak boleh melakukan poligami bagi suami yang diajukan oleh isterinya pada saat aqad nikah. Apakah pensyaratan tersebut dibolehkan atau tidak?

Sebagian ulama menyatakan bahwa pensyaratan tersebut diperbolehkan, sedangkan yang lain berpendapat hal tersebut dimakruhkan tetapi tidak haram. Karena dengan adanya pensyaratan tersebut maka suami akan merasa terbelenggu yang pada akhirnya akan menimbulakn hubungan yang kurang harmonis di antara keduanya.

Bentuk lainnya dari upaya menelikung poligami dalam Islam, dikatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan poligami kecuali hanya kepada janda saja. Tidak pernah kepada wanita yang perawan. Memang ketika menikahi Aisyah ra, status Rasulullah Saw. adalah seorang duda yang ditinggal mati isterinya.

Dalam menjawab masalah ini, sebenarnya syarat harus menikahi wanita yang berstatus janda bukanlah syarat untuk poligami. Meski Rasulullah Saw. memang lebih banyak menikahi janda ketimbang yang masih gadis. Namun hal itu terpulang kepada pertimbangan teknis di masa itu yang umumnya untuk memuliakan para wanita atau mengambil hati tokoh di belakang wanita itu. Pertimbangan ini tidak menjadi syarat untuk poligami secara baku dalam syariat Islam.

Sebagian kalangan juga ingin menghalangi poligami dengan dasar bahwa syarat berlaku adil dalam Alquran adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan demikian, maka poligami dilarang dalam Islam.

Padahal, meski ada ayat yang demikian, yang dimaksud dengan "keadilan tidak dapat dilakukan" adalah keadilan yang bersifat menyeluruh baik materi maupun ruhiyah. Sementara keadilan yang dituntut dalam sebuah poligami hanya sebatas keadilan secara sesuatu yang bisa diukur dan lebih bersifat materi. Sedangkan masalah cinta dalam dada, sangat sulit untuk diidentifikasi. Namun demikian, Rasulullah Saw. mengancam orang yang berlaku tidak adil kepada isterinya dengan ancaman berat.

(Sumber: Buku "Tak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami", Imam Fathurrohman)

Tidak ada komentar: